Google
 

Wednesday, September 12, 2007

Marhaban Ya Ramadhan... Ku nanti Limpahan RahmatMu

Limpahan Rohmat Allah SWT di Bulan Romadlon
Allah SWT berfirman :
Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (yaitu) dalam beberapa hari tertentu.
Rasulullah SAW bersabda :
Hai manusia, sungguh telah menaungi kalian bulan yang agung dan barokah. Bulan di dalamnya ada lailatul qodar yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan di dalamnya Allah mewajibkan puasa dan menjadikan sholat di dalamnya sebagai ibadah sunnah. Maka barang siapa berbuat amalan sunah dari kebaikan, dia seperti orang yang melaksanakan fardlu di bulan yang lain. Barang siapa melakukan amalan fardlu di dalamnya, dia seperti melaksanakan tujuh puluh kali fardlu di waktu yang lain.
Allah SWT berfirman bahwa ganjaran puasa Romadlon adalah predikat taqwa. Sedang surga hanya disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. Rasulullah SAW bersabda amal sunnah apa pun di bulan Romadlon diganjar pahala fardlu, amal fardlu dibalas 70 kali lipat. Dan masih banyak lagi limpahan rohmat Allah di bulan Romadlon. Puncaknya adalah malam Lailatul Qodar yang sejajar dengan amalan 1000 bulan. Pertanyaannya, “Mengapa kebanyakan kita tidak merasakan limpahan rohmat yang banyak itu?”.
Jika diibaratkan orang yang mendaki gunung, ada sebagian yang berhenti di kaki bukitnya, sudah menyerah sebelum mendaki. Bagaimana mungkin ia dapat meni’mati indahnya puncak gunung. Itulah hamba yang lemah. Hanya ziarah kubur, saling mengucapkan selamat puasa dan meminta maaf melalui SMS-an, atau membersihkan karpet masjid/mushola sebelum Romadlon. Ketika masuk Romadlon tidak melakukan amalan apa pun. Sebagian lagi mendaki tapi berhenti di tengah jalan, memasang tenda dan tidur di tengah perbukitan. Puas hanya dengan ni’mat pemandangan dari bukit yang rendah. Pendaki ini pun tidak dapat meni’mati indahnya puncak gunung. Itulah hamba yang melaksanakan sholat tarawih di awal Romadlon dan meninggalkannya di tengah Romadlon.
Sebagian kecil pendaki akan sampai ke puncak dengan rasa bangga, puas, dan penuh syukur. Tebing terjal tidak mematahkan semangatnya. Jurang yang dalam tidak menjadikannya gentar. Semak berduri tidak menjadi hambatan yang berarti. Binatang buas dihadapinya dengan gagah berani. Puncak, adalah satu-satunya fokus perasaan, pikiran dan tindakannya. Itulah amal hamba ahli ibadah yang hatinya mampu menembus puncak hikmah dan ni’mat di balik beratnya amal Romadlon. Malam-malam Romadlon dilaluinya dengan tarawih, sholat sunnah, tadarus dan tahajud dengan penuh khusyu’. Siang hari dilalui dengan puasa, amal sholeh, sedekah dan sebagainya dengan tetap menjaga adab-adabnya. Sampailah ia pada puncak Romadlon, dan jika beruntung mendapat kemurahan Zat Yang Maha Pemurah akan mencapai Lailatul Qodar. Amin ya Allah ya Robbal ‘Alamin.
Rohmat adalah segala kebaikan, semua hal positif, yang dianugerahkan Allah SWT kepada manusia tanpa kecuali. Rohmat yang teragung adalah kesempatan, peluang dan proses untuk ma’rifat kepada Allah SWT. Dengan rohmat ini manusia takut disiksa di neraka, ingin ke surga. Dengan rohmat ini manusia berusaha mendapat kesuksesan dan kebahagiaan di dunia, kebahagiaan di akherat, dan bebas dari siksa api neraka. Dia takut berbuat dosa, dzolim, menyakiti hati orang, dan sabagainya. Dengan rohmat ini pula dia tahu caranya dan mau berusaha mendapatkan ridlo Allah SWT. Mau sholat, mau puasa, mau wirid, dzikir dan berdo’a. Juga mau berusaha dan bekerja dengan sekuat kemampuan dan kesungguhannya. Mau bersilaturahim dan bersedekah. Jika rizkinya cukup ia pun mengeluarkan zakat dan naik haji.
Al-Imam Al-Ghozali menjelaskan dalam Ihya ‘Ulumud-din bahwa rohmat Allah sampai kepada hamba dengan tiga cara. Pertama, adalah rohmat yang telah dibagikan. Yaitu rohmat yang diberikan kepada semua manusia, tidak membedakan beriman atau tidak. Dan diberikan tanpa hamba ini memintanya. Seperti mata, telinga, otak, kaki, tangan, dan anggota tubuh yang lain. Termasuk fungsi dari masing-masing anggota tubuh, seperti melihat, mendengar, merasa, berpikir, berjalan, bekerja, dan sebagainya. Walaupun anggota tubuh manusia serupa dengan anggota tubuh monyet, tetapi memiliki fungsi dan kemampuan yang jauh lebih sempurna. Allah berfirman, “Sungguh telah Kami ciptakan manusia dalam keadaan sempurna” (QS 98:4). Rohmat yang melekat pada manusia dinamakan potensi internal. Potensi eksternal adalah rohmat Allah dalam bentuk alam semesta yang menjadi sumber kehidupan, sumber ilmu pengetahuan, sumber teknologi, dan sumber kemudahan hidup manusia.
Rohmat yang dibagi ini adalah potensi dasar, potensi asazi, untuk ma’rifat kepada Allah. Sehingga kelak di akherat tak satu manusia pun yang dapat berhujjah, “Yaa Allah, aku tak mampu ma’rifat kepada-Mu karena tak cukup bekalku, tak cukup rohmat yang Kau anugerahkan, sehingga aku menjadi kafir. Mengapa Kau siksa aku?”.
Kedua, rohmat yang harus diikhtiarkan oleh manusia. Rohmat yang kedua adalah kelanjutan dari rohmat yang pertama. Allah SWT memberi kesempatan dan kemampuan pada manusia untuk mempergunakan potensi internalnya untuk mengamati, mempelajari dan memanfaatkan potensi eksternal, berupa alam semesta. Alam semesta dijadikan oleh Allah SWT bersesuaian dengan potensi internal manusia dan juga bersesuaian dengan seluruh kebutuhan hidup manusia. Ciri-ciri orang yang mendapat rohmat kedua ini adalah adanya kemauan dan kesungguh-sungguhan dalam berikhtiar. Dengan kemauan dan kesungguh-sungguhan ini manusia mencapai cita-cita, memenuhi kebutuhan, dan merasakan keberhasilan dan kepuasan. Allah SWT berfirman, “Orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami sungguh akan Kami beri petunjuk kepada jalan Kami”. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa bersungguh-sungguh pasti berhasil”.
Ketiga, rohmat yang ditambahkan oleh Allah. Penambahan ini sesuai dengan kehendak Allah, jumlahnya maupun kepada siapa diberikannya. Rohmat ketiga disebut juga dengan barokah. Syarat untuk mendapatkan barokah adalah dengan iman dan taqwa, sebagaimana firman Allah SWT, “Jikalah penduduk satu kaum beriman dan bertaqwa sungguh akan Kami bukakan pintu barokah dari langit dan dari bumi”.
Bakri, seorang guru, terus menggerutu di atas motornya. Gajinya yang 1 juta sebulan selalu habis untuk makan. Tidak pernah ada sisa untuk ditabungkan. Istrinya selalu mengeluh karena tidak punya pakaian yang layak. SPP anaknya pun sudah 3 bulan tidak terbayar. Sementara Umar, juga seorang guru bergaji 1 juta rupiah. Setiap menerima gaji, matanya menatap amplop gaji dengan penuh rasa syukur. Hatinya bergetar merasakan karunia Allah SWT. Tanpa sadar kedua tangannya mendekat. Tiba-tiba amplop itu sudah melekat di mulutnya. Diciumnya amplop itu dengan ta’dzim. Lalu dilekatkan di dadanya, seolah melekat pula di hatinya. Istrinya yang sabar telah siap di rumah dengan hidangan sederhana kesukaannya. Anak-anaknya pun bergembira dan berprestasi di sekolah. Bisa jadi, Umar telah mendapat barokah dari Alllah SWT, sementara Bakri masih harus berjuang lagi untuk mencapainya. Wallahu a’lam.
Bulan Romadlon telah tiba. Saatnyalah Allah SWT mewujudkan seluruh janji-Nya. Janji Zat yang tidak pernah mengingkari janji. Semua rohmat tadi dilipatgandakan kekuatannya pada bulan Romadlon. Kemudahan untuk memperoleh rizki dunia. Kemudahan untuk mendapat rizki akherat. Dan kemudahan untuk mencapai ma’rifatullah terbuka lebar, bahkan sangat luas, di bulan Romadlon. Itu adalah janji Allah SWT. Selanjutnya kembali kepada masing-masing hamba. Akankah dia mendaki sampai di puncaknya. Atau berkemah di tengahnya. Bahkan berhenti di kaki bukit. Menyerah sebelum berusaha. Atau tidak peduli dan tidak ada keinginan untuk mendaki, tidak yakin ada ni’mat luar biasa di puncak pendakian. Wallahu a’lam.
Pesan yang ingin disampaikan :
  1. Rohmat Allah SWT sangat luas
  2. Dengan Rohmat ini manusia bisa mencapai kebahagiaan di dunia saja. Atau mencapai kebahagiaan di dunia dan di akherat. Bahkan kebahagiaan di dunia, kebahagiaan di akherat dan bebas dari siksa api neraka
  3. Oleh karena itu maksimalkanlah rohmat Allah SWT dengan mensyukurinya, bersungguh-sungguh dalam ibadah, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.